LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bimbingan dan Konseling Perkembangan
yang dibina oleh Drs. Widada, M.Si.
oleh
Febrianto Adi Hermawan (15)
M. Bahrul Ulum (27)
Ulfa Yuniarisla (39)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1975, layanan bimbingan dan
konseling secara resmi dicantumkan di dalam kurikulum sekolah mulai dari SD
sampai dengan SLTA. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Secara umum program
pendidikan di sekolah mencakup tiga bidang, yaitu: pengajaran, supervisi, dan
administrasi, dan layanan khusus yang mencakup bidang bimbingan dan konseling,
pembinaan organisasi kesiswaan dan kesejahteraan siswa. Lebih daripada itu, di
dalam kurikulum yang diperbarui yang dikenal dengan nama kurikulum 1984,
ditekankan pentingnya pelaksanaan bimbingan karir khususnya bagi siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) (Depdikbud, 1984).
Secara umum program bimbingan di sekolah
dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya. Di dalam
kurikulum 1975, 1984 maupun 1994 dinyatakan bahwa layanan bimbingan di sekolah
lebih ditekankan pada fungsi pencegahan dan pengembangan daripada fungsi
remediatif dan korektif (Depdikbud, 1994).
Program bimbingan di sekolah meliputi
lima jens layanan, yaitu: (1) pengumpulan data mengenai pribadi siswa dan
lingkungannya yang dimaksudkan untuk dapat memahami dan memberikan bantuan yang
tepat; (2) pemberian informasi mengenai pendidikan, pekerjaan, dan sosial
budaya yang akan membantu siswa dalam membuat pilihan kelanjutan studi,
pekerjaan, dan penyesuaian sosial yang tepat; (3) konseling, yang berupa
bantuan khusus kepada siswa-siswa yang mempunyai masalah baik secara individual
maupun kelompok; (4) penempatan dalam program pendidikan dan pekerjaan yang
sesuai; dan (5) penilaian terhadap keberhasilan program yang diikuti dengan
kegiatan tindak lanjut berupa perbaikan dan pengembangan program bimbingan
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok adalah
proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok.
Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa.
Gazda (1989) mengemukakan bahwa
pelaksanaan bimbingan kelompok pada umumnya dilakukan di kelas dengan jumlah
sisa antara 20 sampai 35 orang. Kegiatan bimbingan kelompok berupa berupa
penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, pemahaman
pribadi, penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi. Informasi
tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain. Perubahan sikap pada
anggota-anggota kelompok merupakan tujuan yang tidak langsung dari bimbingan
kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok dapat dipimpin oleh seorang guru atau
pembimbing (konselor). Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menggunakan
berbagai media instruksional dan menerapkan konsep-konsep dinamika kelompok
dengan tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan interaksi kelompok. Media
instruksional yang digunakan meliputi cerita yang tidak selesai, sandiwara
boneka, film, ceramah oleh para ahli tertentu yang di datangkanke sekolah, laporan
kegiatan oleh siswa, dan sebagainya. Konsep-konsep dinamika kelompok digunakan
di dalam pelaksanaan teknik-teknik bimbingan kelompok seperti sosiodrama,
diskusi kelompok kecil, diskusi panel, dan teknik kelompok yang lain.
B.
Beberapa Salah Pengertian Mengenai Bimbingan
Kelompok
Berdasarkan kajian dari beberapa
literatur misalnya Bennett (1963), Brown dan Srebalus (1972), dan berdasarkan
observasi tentang pelaksanaan program bimbingan di beberapa SMA dan SMP di
Malang, ditemukan beberapa salah pengertian mengenai hakikat bimbingan
kelompok. Beberapa salah pengertian itu dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Bahwa bimbingan kelompok, proses kelompok, dan
dinamika kelompok adalah sama.
Penelitian-penelitian mengenai dinamika kelompok otomatis menunjukkan bahwa
proses kelompok yang efektif secara otomatis akan menghasilkan bimbingan
kelompok yang dapat melibatkan individu untuk berbagai masalah, pemikiran dan
pengalaman dengan orang lain tampaknya dapat menambah pengertian individu
terhadap dirinya sendiri, memperbesar aktualisasi diri, dan sosialisasi
individu yang bersangkutan.
2.
Bahwa tujuan utama bimbingan kelompok adalah
perkembangan pribadi. Seperti telah
dibicarakan dalam bagian terdahulu bahwa salah satu tujuan bimbingan adalah
memberikan dorongan agar individu dapat mencapai aktualisasi diri. Meskipun
demikian aktualisasi diri ini tidak hanya merupakan tujuan bimbingan tetapi
juga merupakan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
3.
Bahwa bimbingan kelompok hanya berupa layanan
informasi. Pemberian informasi
tidak akan ada artinya apabila tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi
individu atau dengan keputusan yang harus diambilnya. Beberapa aspek bimbingan
kelompok membutuhkan lebih banyak informasi daripada yang lain.
4.
Bahwa setiap staf sekolah dapat melaksanakan
bimbingan kelompok. Selama ini guru
telah membantu melaksanakan beberapa kegiatan bimbingan seperti kegiatan
“homeroom” (penciptaan suasana kekeluargaan di kelas sehingga siswa bebas
mengungkapkan masalahnya), memberi layanan khusus pada kelas-kelas tertentu
misalnya IPS, bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya. Tetapi untuk dapat
melaksanakan kegiatan bimbingan dengan baik guru dan petugas bimbingan yang
lain harus mendapat latihan secara profesional. Dalam hal ini perlu diadakan
perencanaan yang matang dan setiap staf yang bertugas sebagai anggota tim
bimbingan perlu mengetahui secara tepat batas-batas peranannya.
5.
Bahwa bimbingan kelompok dapat menghilangkan
individualitas dan kreativitas.
Pendapat ini mungkin ada benarnya apabila proses kelompok dipandang sebagai
tujuan dan bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan bimbingan kelompok. Tetapi
karena tujuan bimbingan kelompok adalah untuk mendorong tercapainya aktualisasi
diri dan sosialisasi individu maka anggapan tersebut dapat dihindarkan. Tujuan
proses kelompok adalah untuk membantu individu dan bukan untuk memanipulasi
individu demi kepentingan kelompok.
C.
Tujuan Bimbingan Kelompok
Berdasarkan kajian terhadap beberapa
tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa penulis, misalnya Bennett
(1963), Traxler (1966), Jones Steffere (1970), Gazda (1989), dipandang bahwa
tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Bennett (1963) dapat
menerangkan semuanya. Bennett mengemukakan tujuan bimbingan kelompok sebagai
berikut:
1.
Memberikan kesempatan-kesempatan
pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Tujuan ini
dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan:
a.
Bantuan dalam
mengadakan orientasi kepada situasi sekolah baru dan fasilitas yang disediakan sekolah.
b.
Mempelajari
secara kelompok masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan, belajar
menyesuaikan diridalam kehidupan orang dewasa dan menerapkan pola hidup sehat.
c.
Mempelajari
secara kelompok dan menerapkan metode-metode belajar yang efisien.
d.
Mempelajari
secara kelompok dunia pekerjaan, dan masalah-masalah penyesuaian dan kemajuan
pekerjaan.
e.
Bantuan secara
kelompok untuk mempelajari bagaimana membuat rencana-rencana pekerjaan jangka
panjang.
2.
Memberikan
layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan mempelajari
masalah-masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau
menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka
pemahaman terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan di
atas dibutuhkan adanya suatu program bimbingan kelompok yang terencana dengan
baik. Dalam hal ini tanggung jawab terpenting pemimpin kelompok adalah: (a)
menggunakan hal-hal penting yang harus dipelajari tersebut sebagai dasar dalam
membuat perencanaan kegiatan bersama-sama dengan kelompok dan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi; (b) membantu kelompok untuk memperluas dan
memperdalam wawasan mereka untuk dapat menghadapi minat-minat dan kebutuhan
yang bermacam-macam; dan (c) membantu kelompok untuk dapat mengenali
kebutuhan-kebutuhan yang lain dan memenuhinya.
D.
Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Bentuk-bentuk teknik bimbingan kelompok
yang dapat membantu pemecahan masalah-masalah belajar adalah sebagai berikut:
a.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang
sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan
masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang
pemimpin. Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil
yang lebih kurang 4 sampai 5 orang siswa. Siswa-siswa yang telah tergabung
dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama berbagai permasalahan
termasuk di dalamnya masalah belajar.
Masalah-masalah yang mungkin dapat
didiskusikan dalam diskusi kelompok misalnya:
1)
Masalah
pergaulan dengan orang tua .
2)
Masalah
kesukaran dalam belajar.
3)
Masalah
persiapan memasuki perguruan tinggi.
4)
Masalah
pengisian waktu luang
5)
Masalah
berhubungan dengan teman.
6)
Masalah
mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya.
Beberapa masalah yang akan didiskusikan
hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri dengan merumuskan beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.
b.
Pelajaran Bimbingan (Group Guidance Class)
Pelajaran bimbingan biasanya
dilaksanakan di sekolah sebagai berikut: pada jam pelajaran tertentu khusus
untuk bimbingan, konselor masuk kelas memberikan pelayanan bimbingan yang
biasanya berupa pembahasan tentang masalah, misalnya: cara belajar yang baik,
cara memilih jurusan, cara bergaul dan sebagainya. Dengan pelajaran bimbingan
diharapkan bukan hanya mendapat pengetahuan, melainkan mengusahakan perubahan
sikap dalam cara bergaul, cara belajar, dan sebagainya.
c.
Karyawisata (Field-trip)
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh
sekolah untuk mengunjungi objek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi
yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus.
Bentuk bimbingan karyawisata merupakan cara yang menguntungkan misalnya dengan
karyawisata siswa dapat mengenal secara langsung atau dari dekat situasi atau
objek-objek yang menarik perhatiannya, dalam hubungannya dengan pelajarannya di
sekolah. Dengan karyawisata siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh
penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerja sama, dan tanggung
jawab.
Sebelum karyawisata dilaksanakan, hendaknya guru
telah memberikan orientasi umum mengenai objek yang akan dikunjungi dan
mengadakan perencanaan yang matang mengenai pemilihan objek yang menarik dan
ada hubungannya dengan pelajaran sekolah.
d.
Homeroom
Homeroom merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
suatu ruangan (kelas) guna kegiatan bimbingan belajar dalam usaha untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
terhadap murid-murid. Dalam kegiatan ini konselor dan siswa dapat lebih dekat
seperti dalam suasana di rumah.
Kegiatan homeroom dapat pula digunakan sebagai salah
satu cara dalam bimbingan belajar. Melalui kegiatan ini konselor dan siswa
dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tanya jawab, membuat rencana kegiatan
belajar, menampung berbagai pendapat siswa, dan siswa dapat mengutarakan
masalah-masalah yang lebih mendalam yang perlu dikirim ke konselor. Karena yang
menyelenggarakan kegiatan homeroom selain konselor juga guru, maka guru perlu
mendapat latihan khusus agar dapat melaksanakan kegiatan itu dengan lebih baik.
Guru perlu dilatih keterampilan-keterampilan bimbingan mengenai cara-cara
menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan suasana yang bersahabat yeng
memungkinkan siswa mau dengan bebas mengungkapkan perasaan-perasaannya. Selain
itu guru harus mempunyai minat dan motivasi untuk membantu siswa, peka terhadap
reaksi-reaksi siswa, menjadi pengamat dan pendengar yang terlatih, dan
memberikan respon-respon yang membantu terhadap hal-hal yang dikemukakan siswa
e.
Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah
laku atau hubungan sosial sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,
sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu
belajar dengan kegiatan drama sosial.
Tujuan penggunaan sosiodrama dalam bimbingan adalah:
1)
Menggambarkan
bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial.
2)
Menggambarkan
bagaimana cara memecahkan masalah sosial.
3)
Menumbuhkan dan
mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan ditiru
dalam situasi sosial tertentu.
4)
Memberikan
kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandangan
tertentu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bimbingan kelompok merupakan salah satu
teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai
perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta
nilai-nilai yang dianutnya, dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok bersifat pencegahan, pengembangan, dan berorientasi pada pencapaian
tujuan. Perkembangan pribadi individu secara optimal dan utuh tidak hanya
menjadi tujuan bimbingan kelompok tetapi merupakan tujuan pendidikan secara
keseluruhan. Selanjutnya bimbingan kelompok tidak hanya berupa pemberian
informasi, tetapi menyajikan informasi dan kegiatan-kegiatan lain yang sesuai
dengan kebutuhan individu dan dapat membantu pemecahan masalah serta tercapainya
tujuan yang telah dirumuskan.
B.
Saran
Bagi konselor, guru, dan mereka yang
pekerjaannya berkaitan dengan kepemimpinan dan pemberian bantuan pada orang
lain, proses kelompok mempunyai manfaat yang penting karena dengan memahami
proses kelompok dapat membantu memahami perilaku orang lain, mengajar dan
membimbing orang lain dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno & Anti, Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widada dkk. 1990. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Malang: Proyek OPF IKIP
MALANG.
Romlah, Tatiek. 2013. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar